Potensi Modal Sosial Marsiadapari Pada Aktifitas Pertanian Padi Pada Masyarakat Desa Parsingguran II Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan
View/ Open
Date
2014Author
Lumban Gaol, W. Hasurungan
Advisor(s)
Sudarwati, Lina
Simanjuntak, Junjungan
Metadata
Show full item recordAbstract
Modal sosial saat ini semakin banyak dibicarakan sebagai pendukung keberhasilan
kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat seperti di bidang pertanian, bisnis, ekonomi dan
politik. Modal sosial diyakini sebagai alternatif peningkatan ekonomi, karena dapat
menghemat biaya dan dapat mengefektfkan waktu dengan cepat. Seperti diketahui bahwa di
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terdapat cukup banyak nilai-nilai lokal (modal
sosial) seperti budaya gotong royong, kelembagaan bagi hasil dan berbagai bentuk kearifan
lokal (local wisdom) yang dimiliki oleh banyak etnis. Khusus di masyarakat Batak Toba
dikenal budaya marsiadapari dalam pengolahan lahan pertanian. Pada masyarakat Desa
Parsingguran II dalam proses pengolahan pertanian padi memiliki suatu aturan yang dikenal
sebagai kegiatan marsiadapari. Aktifitas marsiadapari dikerjakan antara sejumlah orang
petani untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan potensi modal sosial
marsiadapari dalam aktifitas pertanian padi. Penelitian ini memaparkan mengenai jaringan
sosial, nilai dan norma dan sikap percaya yang dibangun di dalam marsiadapari. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai potensi modal sosial
marsiadapari dalam aktifitas petani. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi
kepustakaan.
Hasil deskripsi dan interpretasi data berupa penggambaran atau penuturan dalam bentuk
kalimat menjelaskan bahwa jaringan sosial dalam marsiadapari yang terdapat di desa ini
yaitu jaringan sosial petani padi dengan rumah yang berdekatan, keluarga, lahan yang
berdekatan (berdampingan). Utuk membangun jaringan tersebut sikap saling percaya menjadi
pengikat kekuatan bersama antar petani. Aturan dalam marsiadapari dibuat dan disepakati
bersama oleh masing-masing anggota kelompok marsiadapari. Akan tetapi, sistem aktivitas
marsiadapari ini mengalami perubahan pada tahun 1998 yaitu dahulu aktivitas ini juga
dilakukan pada pertanian kopi dan sekarang dilakukan pada pertanian padi saja. Sistem
pengupahan mulai dilakukan pada tahun 2005 oleh kaum kapitalis seiring diperkenalkannya
modernisasi pertanian (tekhnologi pertanian) seperti mesin jetor. Untuk mempertahankan
agar pelaksanaan marsiadapari ini tetap dilakukan, di dalam masyarakat ada potensi yang
dapat menguatkan marsiadapari yaitu adanya dalihan natolu, hubungan marga dan
keterbatasan masyarakat dalam me
Collections
- Undergraduate Theses [949]