dc.description.abstract | Penelitian ini mengkaji Hoho Faluaya dalam konteks upacara adat
pengukuhan gelar bangsawan di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama,
Kabupaten Nias Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Kajian ini dilakukan untuk
memberikan pemahaman secara menyeluruh tentang Hoho Faluaya sebagai
bentuk warisan tradisi lisan masyarakat Nias yang sangat eksotik dimana Hoho
Faluaya digunakan sebagai media menyampaikan ide, pikiran atau perasaan
dalam upaya pemahaman nilai-nilai yang memberikan wawasan budaya. Adanya
unsur bahasa (teks), unsur musikal (musik vokal), serta unsur gerak (tarian),
menjadi kajian utama penelitian ini dalam melihat fungsi, makna teks, dan
struktur musikal dari Hoho Faluaya yang terdiri dari Fanguhugo (Hugo), Hivfago,
Hoho Fualo, Hoho Fadolihia dan Hoho Sioligo.
Adapun pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan
interdisiplin dengan metode penyelidikan kualitatif yang bertumpu pada
penyelidikan lapangan. Beberapa teori yang digunakan dalam mendukung
penelitian ini diantaranya teori fungsional, teori semiotik, teori transkripsi, dan
teori weighted scale.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hoho Faluaya berperan penting
karena fungsi-fungsi yang melekat pada Hoho Faluaya. Fungsi-fungsi tersebut
adalah fungsi pelaksanaan pesta adat, fungsi sebagai simbol keperkasaan, fungsi
penguat status sosial, fungsi perekat kehidupan masyarakat, fungsi komunikasi
dan penyampaian pesan, fungsi nilai-nilai estetis, fungsi hiburan dan ucapan
syukur, fungsi pengiring gerakan tarian, dan berfungsi sebagai pertahanan budaya.
Hasil analisis teks menunjukkan adanya makna konotatif dari teks Hoho
Faluaya yang terdiri dari teks Fohuhugo (Hugo) yang merupakan seruan
persetujuan, Hivfago seruan penegasan terhadap Hugo dan 3 (tiga) jenis struktur
hoho yang ada di dalamnya, yakni: (1) Hoho Fu 'alo yang menjadi nyanyian
persiapan pembangkit dan pembakar semangat para prajurit perang atau penari
perang, (2) Hoho Fadolihia sebagai cara para kelompok hoho mengagung agungkan kebesaran desa mereka, dan (3) Hoho Sioligo bermakna menjalin
persatuan dan kesatuan demi kemakmuran desa.
Hasil analisis musikal Hoho Faluaya memiliki ciri pentatonik dalam
penggunaan tangganadanya, struktur musikal bergaya call respons, counter .frase
dan counter motif serta menggunakan tehnik vokal yang khas dalam penyajiannya
yakni "gozo " atau menggetarkan pangkal lidah di daerah tenggorokan. Hal ini
merupakan sebuah kearifan lokal yang hanya dimiliki oleh masyarakat Nias,
khususnya Nias Selatan. | en_US |