Pengaruh Harga Impor Beras, Produksi Beras, Nilai Kurs (Rupiah terhadap Dolar Amerika) terhadap Permintaan Impor Beras di Indonesia
View/ Open
Date
2016Author
Evans, Henny Dame
Advisor(s)
Nasution, Putri Khairiah
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia merupakan negara dengan pertanian sebagai sektor yang memegang
peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena pertanian bagi
Indonesia sangat penting dan merupakan peranan komoditi pangan di Indonesia
khususnya padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi
sebagian besar penduduk Indonesia. Padi merupakan bahan makanan yang
menghasilkan beras. Kebutuhan bahan pangan padi di negara khususnya
Indonesia tidak pernah surut, melainkan kian bertambah dari tahun ke tahun
sesuai dengan pertambahan penduduk (AAK, 1990).
Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami
pertumbuhan, ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar dibandingkan angka
kematian. Sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Karena
beras sudah menjadi makanan pokok yang tidak mudah digantikan dengan bahan
pangan yang lainnya. Namun belakangan ini, Indonesia menghadapi dilema antara
upaya mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri dengan cara peningkatan
produktivitas dan impor beras, dengan upaya menjaga kestabilan harga beras agar
tetap terjangkau oleh semua pihak.
Harus diakui bahwa pembangunan yang bersifat hegemoni pada masa
yang lampau telah meninggalkan banyak dampak negatif. Salah satu kebijakan
yang telah menciptakan dampak kompleks adalah hegemoni dalam bidang
pangan, yaitu menyeragamkan jenis makanan pokok rakyat dengan komoditi
beras. Misi tersebut diimplementasikan saat produksi padi Indonesia mengalami
pertumbuhan yang cukup baik. Selain itu ada keyakinan yang besar bahwa usaha
tani padi masih mempunyai potensi untuk terus dikembangkan. Berbagai
teknologi mulai dari benih, pupuk, pestisida hingga alsintan diteliti dan
diintroduksikan ke pedesaan dengan tujuan agar petani bisa menangani proses
produksi secara intensif. Pembangunan yang mempunyai ideologi identik dengan
revolusi hijau diorientasikan pada tingkat pertumbuhan dengan landasan efisiensi.
Indikator utamanya adalah produktivitas.