Pengaruh Penggunaan Bottom Ash sebagai Pengganti Agregat Halus dan Semen terhadap Perilaku Mekanik Beton
Abstract
Bahan material yang paling sering digunakan dalam bidang konstruksi
bangunan sipil yaitu pemakaian beton. Hal ini disebabkan oleh bahan dasar yang mudah
didapat, memiliki kuat tekan besar, tahan air dan cuaca, dan mudah dibentuk. Seiring
dengan semakin pesatnya pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia, maka bahan
penyusun beton semakin sulit didapat dan terjadi peningkatan harga bahan. Berbagai
penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan bahan penyusun yang hemat biaya
dengan memanfaatkan limbah sebagai alternatif pada campuran pembuatan beton. Pada
penelitian ini akan dikaji tentang pemanfaatan limbah sebagai bahan pengganti agregat
halus dan semen pada campuran beton. Bottom ash adalah limbah hasil pembakaran
batu bara dimana jumlahnya akan terus bertambah selama industri terus berproduksi.
Penelitian ini dilakukan dengan penggunaan bottom ash sebagai substitusi pada
agregat halus dan semen berdasarkan volume. Pembuatan benda uji terdiri dari enam
variasi campuran untuk percobaan, yaitu campuran normal tanpa bahan substitusi
(variasi I), campuran dengan substitusi abu dasar batu bara (bottom ash) yaitu sebesar
5% (variasi II), 10% (variasi III), 15% dari volume agregat halus (variasi IV), 5% dari
volume semen (variasi V), serta campuran sebesar 15% dari volume agregat halus dan
5% dari volume semen (variasi VI). Pengujian yang dilakukan berupa slump test, kuat
tekan, kuat tarik belah, absorbsi beton dan pola retak beton.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada nilai slump, kuat
tekan dan kuat tarik. Penurunan kuat tekan bottom ash masing-masing sebesar 99,84%,
99,36%, 98,18%, 99,36%, 95,64% dari beton normal. Kuat tekan terbesar terdapat pada
persentase 5% volume agregat halus sebesar 99,84% MPa. Sedangkan penurunan kuat
tarik masing-masing sebesar 95,79%, 91,90%, 87,98%, 94,69%, 85,19% dari beton
normal. Kuat tarik terbesar terdapat pada persentase 5% volume agregat halus sebesar
3,371 MPa. Absorbsi beton mengalami peningkatan dari beton normal. Untuk pola
retak, setiap variasi menunjukkan terjadi pengurangan jumlah retak dan panjang retak.
Collections
- Undergraduate Theses [1512]