Show simple item record

dc.contributor.advisorMuis, Zulkarnain Abdul
dc.contributor.authorRidha, Anisa
dc.date.accessioned2022-12-29T08:59:54Z
dc.date.available2022-12-29T08:59:54Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttps://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/79286
dc.description.abstractJalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan untuk memindahkan manusia dan barang dari tempat asal ketujuan. Kelancaran arus lalu lintas dipengaruhi oleh kondisi jalan itu sendiri serta jenis perkerasan yang digunakan. Untuk memperoleh jenis perkerasan yang berkualitas baik dan tahan lama hal tersebut tergantung pada cara kita membuat/mengolah dan melakukan uji kelayakan yang mengacu kepada spesifikasi yang ada. Bahan perkerasan jalan adalah suatu bahan yang dipergunakan untuk pembuatan konstruksi jalan, seperti bahan untuk pembentuk tanah dasar, lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas dan berbagai jenis bahan untuk lapisan permukaan. Bahan tersebut dapat berupa bahan dari alam yang langsung dipergunakan tanpa diolah terlebih dahulu ataupun bahan olahan yang diproses dari bahan alam tadi. Bahan baku yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah bahan agregat ( pasir, kerikil, batu koral, batu pecah ), bahan pengikat ( semen Portland ataupun aspal ), bahan pengisi ( filler ) serta bahan additive kalau diperlukan. Pengetahuan mengenai bahan perkerasan jalan sangat penting yaitu sehubungan untuk memanfaatkan bahan alam yang ada untuk digunakan sebagai bahan perkerasan jalan serta bagaimana cara membuat/memproses suatu bahan olahan tertentu yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan dengan kualitas baik dan tahan lama. Kerusakan struktural perkerasan jalan di Indonesia sering terjadi sebelum umur layanan selesai. Kondisi ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang Universitas Sumatera Utara bagaimana sesungguhnya pemberlakuan standar mutu perkerasan jalan tersebut dimonitor dan dievaluasi. Hasil identifikasi menunjukkan kerusakan struktural perkerasan jalan nasional dan propinsi banyak terjadi pada awal umur pelayanannya karena ketidaktepatan prosedur (tatacara) pelaksanaan dan pengawasan kualitasnya terhadap standar mutu yang digunakan. Secara umum, jenis kerusakan struktural tersebut adalah: (i) permukaan perkerasan hasil pembangunan jalan baru mengalami penurunan (ambles) dan bergelombang, dan (ii) permukaan perkerasan hasil peningkatan dan pemeliharaan berkala mengalami retak (cracking) dan berlubang (pothole). Kerusakan hanya dievaluasi karena pengaruh air dan beban kendaraan berlebih, sementara itu fakta di lapangan menunjukkan bahwa kegagalan konstruksi jalan disebabkan tidak tercapainya kualitas pelaksanaan pekerjaan sesuai standar mutu. Berdasarkan fakta tersebut, pertanyaan mendasar adalah mengapa kegagalan mutu jalan terjadi dan bagaimana sesungguhnya kondisi penerapan standar mutu jalan di Indonesia. Berbagai pengalaman empirik menyatakan bahwa kegagalan mutu perkerasan jalan dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: (i) kesalahan perencanaan dan desain perkerasan; (ii) ketidaksesuaian pelaksanaan konstruksi perkerasan terhadap spesifikasi teknis; (iii) ketidaksesuaian laporan administrasi proyek terhadap fakta lapangan; dan (iv) ketidaktepatan pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan terhadap standar mutu yang digunakan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleQuality Control Agregat (Base Course) pada Perkerasan Lentur Jalan Rayaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM050404083
dc.identifier.nidnNIDN0026035605
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI22201#Teknik Sipil
dc.description.pages115 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record