Kajian Panjang Jalan di Kabupaten Mandailing Natal dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Wilayah
View/ Open
Date
2010Author
Lubis, Indra Husein
Advisor(s)
Daud, Jeluddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Dengan terbitnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun
1998 dan disahkan pada tanggal 23 Nopember 1998 tentang pembentukan
Kabupaten Mandailing Natal maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan
menjadi 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Mandailing Natal (Ibukota Panyabungan)
dengan jumlah daerah Administrasi 8 Kecamatan dan Kabupaten Tapanuli Selatan
(Ibukotanya Padangsidimpuan) dengan jumlah daerah administrasi 16 Kecamatan.
Perkembangan pembangunan kabupaten Mandailing Natal selama ± 11 tahun
setelah dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Selatan sampai kondisi sekarang
mulai dapat dilihat kemajuan dari kecamatan-kecamatan yang berada di kabupaten
tersebut. Penelitian ini membahas pengaruh panjang jalan terhadap
pengembangan wilayah di Kabupaten Mandailing Natal. Dalam penelitian ini,
parameter pengembangan wilayah yang dipakai adalah berdasarkan tipologi desa
dengan melihat peningkatan status desa terhadap panjang jalan dengan
menggunakan analisis regresi dan korelasi.
Tipologi desa adalah merupakan salah satu indikator perkembangan
wilayah di suatu kabupaten. Dengan adanya tipologi desa pada tiap kecamatan,
kita bisa mendeskripsikan seberapa jauh keberhasilan suatu kabupaten dalam
mengelola desa-desa pada tiap kecamatannya.
Berdasarkan analisis Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah bekerja sama
dengan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan dan Center for Urban and
Regional Development Curds Medan (April 2009), Di Indonesia, sistem
klasifikasi dan tipologi desa didasarkan atas pendekatan ekosistem.
Pendekatan ini, dapat diidentifikasikan adanya sepuluh faktor yang
menentukan tingkat perkembangan sebuah desa, yaitu sebagai berikut.
a. Faktor penduduk (D–Density).
b. Faktor alam (N–Nature).
c. Faktor orbitrasi desa (U–Urban centre).
d. Faktor mata pencarian (E–Earning).
e. Faktor pendapatan desa (Y–Yield/Output).
f. Faktor adat istiadat (C–Custom).
g. Faktor kelembagaan (L).
h. Faktor pendidikan (E–Education).
i. Fakor gotong royong (Gr).
j. Faktor prasarana desa (P)
Berdasarkan analisis pengaruh rasio panjang jalan dan rasio tipe
permukaan jalan terhadap tipologi desa Kabupaten Mandailing Natal, diperoleh
koefisien regresi rasio panjang jalan sebesar 0.177 yang menunjukkan bahwa
hubungan antar kedua variabel sangat rendah. Rasio panjang jalan hanya
berpengaruh sebesar 3.1% terhadap tipologi desa. Koefisien regresi rasio tipe
permukaan jalan sebesar 0.383 yang menunjukkan bahwa hubungan antar kedua
variabel rendah. Tipe permukaan jalan hanya berpengaruh sebesar 14.7%
terhadap tipologi desa. Sedangkan untuk pengaruh rasio tipe permukaan jalan untuk tiap variabel (tanpa pembobotan) terhadap tipologi desa diperoleh koefisien
regresi sebesar 0.473 yang menunjukkan bahwa hubungan antar kedua variabel
sedang. Rasio tipe permukaan jalan hanya berpengaruh sebesar 22.4% terhadap
tipologi desa.
Koefisien korelasi rasio tipe permukaan jalan adalah sebesar 1.481 untuk
aspal hotmix, 0.785 untuk aspal, 1.807 untuk batu, -1.511 untuk kerikil dan -1.378
untuk tanah. Angka ini memberi arti bahwa yang dapat meningkatkan status desa
adalah bertambahnya rasio panjang jalan dengan tipe permukaan aspal hotmix,
aspal dan batu, sedangkan bertambahnya panjang jalan dengan tipe permukaan
lainnya justru mengurangi tingkat status desa.
Collections
- Undergraduate Theses [1513]