dc.description.abstract | Banyaknya persimpangan di kota besar seperti Medan ternyata menimbulkan
permasalahan tersendiri, terlebih pada jarak antar simpang yang pendek seperti pada ruas
Jalan Jamin Ginting – Jalan Pattimura – Jalan Mongonsidi.
Permasalahan yang terjadi adalah kendaraan terkadang harus selalu berhenti
pada tiap simpang karena selalu mendapat sinyal merah. Tentu saja hal ini menimbulkan
ketidaknyamanan pengendara.
Data yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan kondisi eksisting terjenuh
yang akan menjadi acuan dalam merencanakan waktu siklus baru dengan memperhatikan
teori koordinasi simpang. Kinerja terbaik pada setiap simpang kemudian dikoordinasikan
menggunakan waktu offset antar simpang. Dari hasil analisa, diketahui bahwa kedua
simpang belum terkoordinasi. Dari beberapa perencanaan waktu siklus, didapatkan waktu
siklus baru sebesar 112 detik. Waktu siklus kedua simpang disamakan untuk
mempermudah koordinasi sinyal dan sebagai syarat koordinasi. Dari kecepatan eksisting
sebesar 32 km/jam, didapatkan waktu offset sebesar 16 detik untuk kedua arah. Sedangkan
yang dihasilkan dari diagram koordinasi, didapat bandwidth sebesar 25 detik untuk arah
Utara - Selatan dan 40 detik untuk arah Selatan - Utara.
Untuk kondisi eksisting pada saat peak hour, kinerja simpang rata-rata pada
arus utama yang dikoordinasikan berupa Derajat Kejenuhan (DS), Panjang Antrian(QL),
dan Tundaan (Delay) adalah 0,645 untuk DS, 177,143 meter untuk QL, dan Delay sebesar
31,811 detik. Sedangkan setelah dilakukan perencanaan waktu siklus baru berdasarkan
pada teori koordinasi simpang, didapat DS sebesar 0,718, QL sebesar 137,143 meter, dan
Delay sebesar 27,313 detik. | en_US |