dc.description.abstract | Dengan dibukanya tol Cipularang, frekuensi mobilitas Bandung – Jakarta
semakin bertambah dan semakin terbuka peluang bisnis bagi moda-moda transportasi
yang melalui tol tersebut seperti moda shuttle service yang semakin menjamur sejak
waktu tempuh Bandung – Jakarta semakin cepat. Tidak dipungkiri bahwa dengan
pengaktifan tol Cipularang keberadaan moda kereta api terancam dengan dileburnya
KA Parahyangan dan KA Argo Gede pada tahun 2010. Tujuan dari studi ini adalah
untutk mendefinisikan karakteristik pengguna moda shuttle service dan kereta api.
Tujuan lainnya adalah memodelkan pemilihan moda antar keduanya dan menguji
sensitivitas pelaku perjalan apabila dirubah salah satu atributnya.
Dalam studi ini, digunakan metode stated preferenced. Stated Preference
adalah sebuah pendekatan dengan menyampaikan pernyataan pilihan (option) berupa
suatu hipotesa untuk dinilai oleh responden. Dengan meggunakan teknik stated
preference, peneliti dapat mengontrol secara penuh faktor-faktor yang ada pada
situasi yang dihipotesis. Data stated preference yang diperoleh dari responden
selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan suatu model berupa formulasi yang
mencerminkan utilitas individu dalam perjalanannya , dimana model pemilihan moda
dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi dan faktor atribut pelayanan yang diberikan
oleh masing-masing moda seperti faktor biaya, waktu tempuh, frekuensi perjalanan,
kenyamanan, dan waktu tempuh menuju titik keberangkatan.Untuk menentukan
fungsi utilitas guna peramalan model dalam memenuhi permintaan pelaku perjalanan
berdasarkan karakteristik pelaku perjalanan digunakan analisa regresi dengan
bantuan program SPSS. Hasil analisa yang diperoleh adalah :
(USS – UKA) = 0.854+0,00004622x1+ 0,539x2+0,944x3+ 0,025x4+ 0,036x5
Dengan X1 (atribut biaya), X2 (atribut waktu tempuh), X3 (atribut frekuensi
keberangkatan), X4 (atribut kenyamanan), X5 (atribut waktu tempuh menuju titik
keberangkatan). Hasil akhir yang telah teruji secara hipotesa, signifikan, dan uji t
didapat bahwa jumlah pengguna shuttle service dipengaruhi oleh frekuensi
keberangkatan (headway), dan jumlah pengguna kereta api dipengaruhi oleh tingkat
kenyamanan. Untuk probabilitas didapatkan shuttle service sebagai moda terpopuler
dengan 70,4%. Model pemilihan moda yang telah didapat tidak terlalu bagus karena
memilik nilai R2 kurang dari 50% yaitu 19,6% untuk moda shuttle service dan kereta
api. | en_US |