Rasio Neutrofil Limfosit sebagai Prediktor Kematian dan Reinfark pada Pasien Infark Miokard Akut dengan ST Elevasi

Abstract

Acute coronary syndrome (ACS) has been shown related to inflammation. Hence,the white blood cell (WBC) count provides a simple and inexpensive method for the assesment of inflammmatory status in patients with ACS. An elevated WBC count has been asssociated with cardiovascular risk, but leucocyte subtype carries this risk is uncertain. Neuhophil to lymphocyte ratio (NLR) has been asssociated with poor outcomes in patients with ACS. Nevertheless, its role for risk stratification in ACS, especially in patients with ST myocardial infarction (STEMI), has not been elucidated in Indonesia This study aimed to investigate the utility of admission NLR in predicting Major Cardiovascular Event (MACE) in patients with acute STEMI The design of the study was prospective cohort. Fourty three patients admitted to Department of Cardiology, Haji Adam Malik Hospital, diagnosed with acute STEMI who has match the inclusion criteria, enrolled to the study. Patients were divided into two groups acoording to NLR. The cut off value for NLR was 3,5. The incidence of MACE were documented during hospitalization and 30 days after the onset of infarction. The incidence rate of high NLR was 74,4 ok with inhospital MACE was 16,3 yo (p 0,163 ) and 30 days was 4,7 oA (p 0,548 ). There were no significant relationships between high NLR and risk factors of coronary artery disease (recent smokerp 0,558 , hlryertensivepA,728, diabetes mellitusp 1,0). The conclusion of the study was the admission NLR was not an independent predictor of MACE in patients with acute STEMI

Sindroma koroner akut (SKA) berhubungan dengan inflamasi. Pemeriksaan sel darah putih merupakan pemeriksaan yang sederhana dan murah dalam menilai status inflamasi pasien SKA. Peningkatan sel darah putih telatr terbukti berhubungan dengan resiko kardiovaskular, namun subtipe dari lekosit yang berhubungan masih belum jelas. Rasio neutrofil limfosit (RNL) berhubungan dengan hasil akhir dari pasien SKA. Namun peranannya sebagai stratifikasi resiko pada SKA, khususnya pada pasien infark miokard akut dengan ST elevasi (IMA STE), belum diteliti di Indonesia. Tqiuan dari penelitian ini untuk melihat RNL sebagai prediktor kejadian Major Cardiovascular Event (MACE) dalam hal kematian dan reinfark pada pasien IMA. Penelitian ini bersifat kohort prospektif. Sebanyak 43 orang masuk ke rumah sakit Haji Adam Malik dengan diagnosa IMA STE yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien dibagi dalam dua kelompok berdasarkan RNL. Nilai cul o7f RNL adalah 3,5. Kejadian MACE dilihat saat perawatan dan 30 hari sesudah infark. Angka kejadian RNL tinggi sebanyak 74,4 Yo dengan MACE saat dirumah sakit l6,3Yo @ 0,163). Tidak ada hubungan yang signifikan arrtara RNL tinggi dengan faktor resiko dari penyakit jantung koroner (PJK) yaitu riwayat merokokp 0,558, diabetes melitusp 1,0 dan hipertensip 0,728. Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai RNL saat masuk bukan prediktor terhadap kejadian MACE pada pasien IMA STE