Interval QT dan Dispersi QT sebagai Prediktor Kejadian Klinis Kardiovaskular Mayor selama Perawatan dan Satu Tahun pada Pasien Infark Miokard Akut Elevasi Segmen ST
View/ Open
Date
2016Author
Nasution, Arfian Amin
Advisor(s)
Siregar, A Afif
Akbar, Nizam Zikri
Metadata
Show full item recordAbstract
Background: Both a prolonged er interval and er dispersion are ECG markers
that correlates with ventricular arrhythmias, left ventricular dysfunction, and
cardiovascular mortality in acute coronary syndrome patient. However, recent
studies still showed contradictive result.
Method: we conducted a retrospective study among l0g srEMI patients and
examined the relationship between QT interval and QT dispersion with in-hospital
MACE and 1 year MACE QT interval, QT dispersion, and clinical variables were
compared between patient with history of MACE and without MACE.
Result: Patients with in-hospital MACE have prolonged maximal corrected eT
interval (482+35 msec vs 453L40 msec, p<0.00r) and increased eT dispersion
(97.15+29 msec vs 75.22+24 msec, p<0.001) compared with control group.
Regression analysis showed that QT dispersion as independent predictors of in-
hospital MACE with oR 6.239 for cut-off point 100 msec. patients with one year
MACE also have prolonged maximal corrected QT interval [515 (435-546) msec
vs 452 (395-586) msec, p:0.0011 and increased er dispersion [100 (55-147)
msec vs 77 (25-147) msec, 10.018] compared with control group. Regression
analysis showed that maximal corected QT interval as independent predictors of
one year MACE with OR 5.906 for cut-offpoint 460 msec.
Conclusion: This study showed relationship between maximal corrected eT
interval and QT dispersion with both in-hospital MACE and one year MACE in
STEMI patients. QT dispersion was independent predictor of in-hospital MACE
and maximal corrected QT interval was independent predictors of one year
MACE Latar Belakang: Interval er yang memanjang dan dispersi er merupakan
penanda EKG yang berhubungan dengan kejadian aritmia ventrikel, drsfrrngsi
ventrikel kiri, dan mortalitas kardiovaskular pada pasien sindrom koroner akut.
Akan tetapi, penelitian-penelitian sebelumnya masih menunjukkan hasil yang
kontradiktif.
Metode: Penelitian ini adalah studi retrospektif yang melibatkan l0g pasien
IMAEST dan menguji dua variabel yaitu interval QT dan dispersi eT sebagai
prediktor KKvM selama perawatan dan KKvM dalam I tahun. Interval er,
dispersi QT dan variabel krinis dibandingkan antara kelompok pasien yang
mengalami KKvM dengan kelompok pasien yangtidak mengalami KKvM.
Hasil: Pasien dengan KKvM selama perawatan memiliki interval eT maksimal
terkoreksi yang lebih panjang (492135 msec vs 453+40 msec, p<0.001) dan
dispersi QT yang lebih lebar (97.t5+29 msec vs 75.22+24 msec, p<0.001). Uji
regtesi logistik menunjukkan bahwa dispersi QT merupakan faktor independen
terhadap KKvM selama perawatan dengan Ro 6.239 untuk nilai potong 100
msec. Pasien dengan KKvM dalam I tahun memiliki interval eT maksimat
terkoreksi yang lebih panjang [5r5 (435-546) msec vs 452 (395-5g6) msec,
p{.001] dan dispersi er yang lebih lebar [100 (55-147) msec vs 77 (25-147)
msec, 50.0181. Uji regresi logistik menunjuLftan bahwa interval eT maksimal
terkoreksi merupakan prediktor independen KKvM dalam I tahun dengan Ro
5.906 untuk nilai potong460 msec.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara interval QT maksimal terkoreksi dan
dispersi QT dengan Kejadian Klinis Kardiovaskular Mayor (KKvM) pada pasien
IMAEST baik selama perawatan di rumah sakit maupun satu tahun setelahnya.
Dispersi QT merupakan prediktor independen KKvM selama perawatan, dan
interval QT maksimal terkoreksi merupakan prediktor independen KKvM dalam I
tahun
Collections
- Master Theses [96]