Show simple item record

dc.contributor.advisorSitepu, Bobby Ramses E
dc.contributor.advisorSinaga, Bintang YM.
dc.contributor.advisorArma, Abdul Jalil Amri
dc.contributor.authorSihombing, Franky Frans
dc.date.accessioned2018-11-08T06:24:09Z
dc.date.available2018-11-08T06:24:09Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8118
dc.description.abstractPendahuluan Manajemen Tuberkulosis telah dikembangkan selama lebih dari 50 tahun, dan Ethambutol adalah salah satu pengobatan pada tuberkulosis. Ethambutol pertama kali diperkenalkan sebagai obat lini pertama terapi tuberkulosis pada tahun 1961. Carr dan Henkind. menemukan neuropati optik yang disebabkan etambutol untuk pertama kalinya pada tahun 1962, tetapi mekanisme kerjanya masih belum diketahui sampai sekarang. Kerusakan neuropati optik akibat etambutol dapat bersifat reversibel beberapa bulan setelah menghentikan pengobatan. Namun, beberapa penelitian melaporkan bahwa bahkan setelah penghentian etambutol, 40-50% pasien mengalami kehilangan penglihatan permanen (ireversibel). Namun, semua laporan ini memiliki satu kesamaan: diagnosis toksisitas okular yang diinduksi etambutol terdeteksi setelah manifestasi timbul. Diagnosis dini dapat mencegah toksisitas okular etambutol yang dapat mengganggu tajam penglihatan. Oleh karena itu, deteksi dini toksisitas okular yang diinduksi etambutol sebelum manifestasi gejala akan membantu dalam mencegah kehilangan penglihatan permanen. Reversibilitas toksisitas tergantung pada deteksi dini. Ketajaman visual, sensitivitas kontras, penglihatan warna, dan uji lapang pandangan merupakan tes yang direkomendasikan untuk mengevaluasi toksisitas etambutol terhadap efek pada awal dan subklinis. Deteksi dini dan penghentian terapi segera adalah satu-satunya penatalaksanaan yang efektif yang dapat menghentikan perkembangan kehilangan penglihatan dan memungkinkan pemulihan penglihatan. Tujuan Mengetahui korelasi usia, jenis kelamin, dosis dan durasi terapi etambutol terhadap penilaian sensitivitas kontras pada pasien tuberkulosis. Metode Penelitian ini bersifat analitik observasional dimana dilakukan penelitian terhadap 80 pasien tuberkulosis yang menggunakan etambutol pada rentang dosis 15-20 mg / kg BB / hari. Pemeriksaan dilakukan pada dua kelompok pasien yaitu subyek yang menggunakan etambutol kurang dari atau sama 2 bulan dan subyek yang menggunakan etambutol setelah 2 bulan. Dilakukan pemeriksaan mata yang terperinci meliputi evaluasi segmen anterior, penilaian ketajaman visual, refraksi, funduskopi, tes konfrontasi, tes sensitivitas kontras. Kriteria eksklusi termasuk penyakit okular atau sistemik lain yang mungkin mempengaruhi parameter yang sedang dievaluasi. Subyek dengan penglihatan koreksi terbaik kurang dari Snellen 6/9, dengan buta warna sebelumnya, atau mengonsumsi obat lain yang diketahui menyebabkan neuropati optik diekslusi pada penelitian ini. Pasien dengan katarak, glaukoma, retinopati diabetik, hipertensi retinopati, dan setiap peradangan okular dan penyakit retina dikeluarkan. Tes sensitivitas kontras dilakukan dengan Pelli-Robson Chart pada jarak 1 m secara monokuler dan binokuler (batas Normal = 1,80-1,95). Penglihatan warna diuji menggunakan tes Ischihara di bawah kondisi pandangan monokular di ruangan yang sama dengan pencahayaan yang sama. Penilaian uji konfrontasi dilakukan setelah mengukur tekanan intraokular dengan tonometri Schiotz. Pupil didilatasi dengan 1% tropikamid. Fundus diperiksa dengan oftalmoskopi direk (Keller). Data dianalisis menggunakan SPSS 2. Hasil penelitian dengan nilai P kurang dari 0,05 dianggap signifikan. Kesimpulan Tidak ada korelasi yang signifikan antara usia dan penurunan sensitivitas kontras pada pasien tuberkulosis. Tidak ada korelasi yang signifikan antara jenis kelamin dan penurunan sensitivitas kontras pada pasien tuberkulosis. Tidak ada korelasi yang signifikan antara dosis dan penurunan sensitivitas kontras pada pasien tuberkulosis. Ada hubungan yang signifikan antara lama penggunaan etambutol dengan penurunan sensitivitas kontras pada pasien tuberculosis.en_US
dc.description.abstractManagement of Tuberculosis has been developed for more than 50 years, and Ethambutol is one of the treatment in tuberculosis. Ethambutol was first introduced as the first line of tuberculosis therapy in 1961. Carr and Henkind. found ethambutol can cause neuropathy optic for the first time in 1962, but the real mechanism is still unknown until now. Ethambutol-related damage to the visual function can be reversible several months after discontinuing treatment. However, some studies report that even after ethambutol stoppage, 40–50% patients experienced permanent visual loss (irreversible). However, these reports all have one thing in common: the diagnosis of ethambutol-induced ocular toxicity was made after symptom manifestation. Early diagnosis can prevent ethambutol-induced ocular toxicity which is correlated with the reversibility of visual function damage. Therefore, early detection of ethambutol-induced ocular toxicity before symptom manifestation will be helpful for preventing permanent visual loss. Reversibility of the toxicity depends on early detection. Visual acuity, contras sensitivity, color vision, and visual fields that are the usual tests recommended to evaluate ocular effects may not detect cases of early and subclinical toxicity. Early detection and immediate therapy discontinuation are the only effective management that can halt the progression of vision loss and allow recovery of vision. Propose We want to know the correlation age, sex, dose and duration of ethambutol therapy and contrast sensitivity assessment in tuberculosis patients. Method This was an observational analytic study of 80 tuberculosis patients in ethambutol therapy took dose regimen 15–20 mg/kg/day in tuberculosis patients. Examinations were done in two group patients. when ethambutol therapy less than or equal 2 months and after 2 months of starting therapy. Detailed ophthalmic evaluation included anterior segment evaluation, visual acuity assessment, refraction, funduscopy, confrontation assessment, contrast sensitivity assessment. Exclusion criteria included any other ocular or systemic diseases that may have affected the parameters being evaluated. Subjects with best corrected vision less than Snellen’s 6/9, with preexisting color vision defects, or taking any other drugs known to cause optic neuropathy were excluded from the study. Patient with cataract, glaucoma, diabetic retinopathy, retinopathy hypertension, and any ocular inflammation and retinal disease were excluded. Contrast sensitivity was assessed using the Pelli-Robson CS chart at 1 m distance monocularly and binocularly (Normal limits = 1,80-1,95). Color vision was tested using Ischihara test under monocular viewing conditions in the same room under similar lighting conditions. Confrontation assessment after measuring the intraocular pressure with Schiotz tonometry. The pupils were dilated with 1% tropicamide. The fundus was examined by direct ophthalmoscopy (Keller Ophthalmoscope). Data were analyzed using Statistical Package for the Social Sciences Version 22 (SPSS-22) Software and Microsoft Excel 2016. P value less than 0.05 regarded Conclusions: There was no significant correlation between age and decreased contrast sensitivity in tuberculosis patients. There was no significant correlation between sex and decreased contrast sensitivity in tuberculosis patients. There was no significant correlation between the dose regimen and decreased contrast sensitivity in tuberculosis patients. There was significant correlation between the duration of ethambutol therapy and decreased contrast sensitivity in tuberculosis patientsen_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPemeriksaan Sensitivitas Kontrasen_US
dc.subjectDeteksi Dinien_US
dc.subjectSaraf Optiken_US
dc.subjectPenderita Tuberkulosisen_US
dc.subjectEtambutolen_US
dc.titleEvaluasi Uji Pemeriksaan Sensitivitas Kontras Sebagai Deteksi Dini Kerusakan Saraf Optik pada Penderita Tuberkulosis yang Menggunakan Etambutolen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM147041054en_US
dc.identifier.submitterNurhusnah Siregar
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record