Analisis Musik, Teks, dan Fungsi Ritual Gobuk dalam Budaya Masyarakat Melayu Tanjungbalai Asahan
View/ Open
Date
2017Author
Hamdani, Hadi
Advisor(s)
Takari, Muhammad
Tarigan, Kumalo
Metadata
Show full item recordAbstract
Tesis ini berjudul Analisis Musik dan Ritual Gobuk dalam Budaya Melayu Masyarakat Tanjungbalai.Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis empat pokok masalah yang terdapat dalam ritual gobuk, yakni: (1) proses upacara gobuk, (2) struktur musik didong (baik melodi maupun ritme), (3) makna teks yang dipertunjukkan, dan (4) guna dan fungsi. Untuk menganalisis proses upacara digunakan teori upacara, untuk struktur musik digunakan teori weighted scale, dalam mengkaji makna teks digunakan teori semiotik Saussure, dan untuk mengkaji fungsi musik dalam upacara gobuk dalam kebudayaan digunakan teori fungsionalisme Malinowskidan Radcloffe-Brown. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara interdisiplin (yakni etnomusikologi, antropologi budaya, sosiologi, bahasa, dan lain-lainnya). Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif, dengan mengkaji dan mentranskripsikan upacara pada ritual pengobatan gobuk, mengkaji musik upacara, mengkaji makna teks.Untuk mengkaji ketiga aspek tersebut penulis menggunakan metode penelitian lapangan yang bertindak sebagai pengamat partisipan, dengan melakukan wawancara, perekaman data dalam bentuk audio visual. Informan kunci adalah pengetua adat (datuk/dukun) ditambah dengan para pemusik dan penari yang terlibat dalam ritul ini. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa: (1) Gobuk merupakan salah satu ritual pengobatan yang ada dari beberapa ritual pengobatan pada masyarakat Melayu kota Tanjung Balai. Ritual pengobatan gobuk menggunakan bantuan ruh-ruh para leluhur yang selalu berhubungan dengan trance, yang dipercayai mampu membantu mengobati pasien yang menderita sakit puako atau keinginan ruh leluhur untuk mendiami atau bertempat dari raga/badan pasien. Ritual ini juga merupakan bagian dari beberapa ritual pengobatan yang ada pada beberapa daerah masyarakat Melayu Sumatera Timur pada umumnya. (2) Struktur musik didong memperlihatkan bahwa tangga nada yang dipakai adalah bayati, interval yang digunakan umumnya sekunde (minor dan mayor), wilayah nada satu oktaf lebih, formula melodi dibangun oleh empat bentuk, pola-pola kadensa naik atau turun, kontur berjenjang, sementara ritme yang digunakan adalah meter empat, temponya relatif cepat (150 ketukan dasar per menit). (3) Makna teks yang terdapat dalam didong umumnya adalah makna denotatif, yakni makna sesungguhnya dari larik ke larik teks. Teks ini dinyanyikan dan merupakan kata-kata dari ruh nenek moyang dari alam gaib tentang jangan diganggu keturunannya, dan berharap agar si pasien sembuh. (4) Gunanya adalah untuk mengobati orang yang sakit karena gangguan makhluk gaib. Fungsinya menjaga hubungan kosmologi, komunikasi, dan lain-lain.