dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi komunikasi santri Pattani Thailand
dalam upaya memanajemen kecemasan dan ketidakpastian komunikasi di Pondok
Pesantren Darul Ihsan Kabupaten Aceh Besar serta menganalisis faktor pendukung
dan penghambatnya. Komunikasi santri Pattani yang dievaluasi meliputi hal
motivasi, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, pengalaman, bahasa, interaksi dan
gaya komunikasi selama berada di pesantren dan dikaji melalui teori manajemen
kecemasan dan ketidakpastian oleh Gudykunst. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan pada
penelitian ini adalah 7 (tujuh) orang santri Pattani Thailand di Pesantren Darul Ihsan
dan triangulasi data dilakukan kepada guru, pengurus harian santri, santri lokal,
pimpinan pesantren dan kakak asuh. Pengumpulan data melalui observasi
partisipan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan pada
awalnya santri Pattani mengalami kecemasan dan ketidakpastian dalam
berkomunikasi dan lebih banyak berinteraksi dengan teman senegaranya. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan bahasa serta perbedaan kebiasaan di
lingkungan pesantren. Seiring waktu mereka terus berusaha memanajemen
kecemasan dan ketidakpastian tersebut dengan cara mempelajari bahasa dan
berbaur dengan santri lokal lainnya. Faktor pendukung dalam upaya memanajemen
kecemasan dan ketidakpastian komunikasi adalah adanya faktor motivasi,
pengetahuan dan keterampilan untuk menyesuaikan diri dan menjalin hubungan
dengan orang di sekitarnya serta adanya kemiripan budaya antara Pattani dan Aceh.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah adanya perbedaan bahasa, rasa
keterasingan, etnosentris dan stereotip negatif saat awal datang ke Aceh seperti
anggapan orang Aceh yang temperamental dan suka berperang. | en_US |
dc.description.abstract | The objective of the research was to evaluate the communication of students from
Pattani, Thailand in managing anxiety uncertainty in communication at the
Pesantren (Islamic Boarding School) Darul Ihsan, Aceh Besar and to analyze the
reinforcing factors and the inhibiting factors. Their communication was evaluated
in motivation, knowledge, skill, habit, experience, language, interaction, and
communication style during their stay at the Pesantren and analyzed by using
anxiety and uncertainty theory of Gudykunst. The research used qualitative method
with case study design. There were 7 Thai students as the informants, while
triangulation of data was done to teachers, students’ day-to-day executive board,
local students, the head of the Boarding School, and fosterers. The data were
gathered by observing the respondents, interviews, and documentary study. The
result of the research showed that in the beginning the respondents underwent
anxiety uncertainty in communicating, and they interacted only among them since
there was difference in language and habit in the Pesantren. Gradually, they were
attempting to manage their anxiety and uncertainty by learning Indonesian and
keeping in touch with the other local students. The reinforcing factors in managing
their anxiety and uncertainty in communication were the factors of motivation,
knowledge, and skill in adapting to their environment, supported by the cultural
resemblance between Pattani and Aceh, while the inhibiting factors were the
difference in language, feeling alienated, ethnocentric, and negative stereotype at
the beginning of their coming to Aceh who thought that the Acehnese were
temperamental and liked to fight. | en_US |