| dc.description.abstract | PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di industri pembuatan pestisida. Produk yang dihasilkan PT. XYZ saat ini terdiri dari herbisida dan insektisida, seperti DMA, Dursban, Garlon, Nurelle, Thopshot, dan sejenisnya. Proses produksi dimulai dari proses formulasi, filling dan packaging. Perusahaan hanya berpatokan dengan target produksi dan keuntungan finansial yang dicapai setiap tahunnya. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengukuran produktivitas dan kelayakan operasi adalah Energy Productivity Ratio (EPR). Kelayakan operasi perusahaan dapat dilihat dari nilai produktivitas energi perusahaan tersebut.. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengukur tingkat produktivitas energi perusahaan pada PT. Dow AgroSciences Indonesia, 2) Mengukur kelayakan operasi perusahaan pada PT. Dow AgroSciences Indonesia, 3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai energy productivity ratio (EPR), 4) Memberikan usulan langkah-langkah untuk peningkatan produktivitas energi pada PT. XYZ. Terjadi penurunan dan peningkatan input energi dari tahun 2014 hingga 2017 yaitu 9.488.314.169,60 MJ, 8.433.037.108,69 MJ, 8.480.478.052,991 MJ dan 9.013.844.406,49 MJ. Output energi per tahun pada tahun 2014-2017 adalah 11.767.762.027,28 MJ, 9.164.162.064,44 MJ, 9.845.428.672,31 MJ, dan 10.396.360.464,01 MJ. Nilai energy productivity ratio (EPR) pada PT. XYZ pada Tahun 2014-2017 yang tertinggi adalah pada Bulan Januari 2014 yaitu 1,94 dan nilai energy productivity ratio (EPR) terendah terjadi pada Bulan Oktober 2014 yaitu 0,77. Nilai rata-rata energy productivity ratio (EPR) perusahaan pada tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017 adalah 1,25, 1,09, 1,17, dan 1,17. Dari nilai rata-rata tersebut perusahaan layak beroperasi karena nilai EPR > 1, meskipun harus dilakukan perbaikan untuk meningkatkan nilai EPR agar tidak ada lagi nilai EPR yang dibawah 1. | en_US |
