dc.contributor.advisor | Baddarudin | |
dc.contributor.advisor | Berutu, Lister | |
dc.contributor.author | Tafonao, Petrus Meiman Syukur | |
dc.date.accessioned | 2018-12-20T04:41:31Z | |
dc.date.available | 2018-12-20T04:41:31Z | |
dc.date.issued | 2016 | |
dc.identifier.uri | https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9746 | |
dc.description.abstract | Research Bowo Marital shift determination on the Social Status in West Nias is a study of social change. Election title of this research was born from the concern bowo marital problems that have an impact on the position of women and poverty in West Nias. Moreover Determination bowo in Nias society no longer based on the customary status, but the status of women's education and wealth. Therefore, researchers formulate the research problem. First, how the shift in the marriage bowo determination of communities of West Niasbowo marriage and how it impacts on women and poverty in West Nias..
Based on research in West Nias, we propose that the determination bowo in West Nias people has experienced significant shifts. The shift was marked by the development of education and wealth, even the status of civil servants will determine the height of honesty demanded by the female parent. Researchers assess that Bosi that was used in marriage instead shifted toward education and wealth. This is caused by the Nias cultural understanding, especially bowo are still confusing dilakanganNias community itself. The second aspect that became the findings of the researchers is that the shift in bowo Determination wedding in Nias had a negative impact on the position of women in the mating system in Nias. Women in this case are less involved in the public sphere, primarily provide advice and input on bowo marriage in Nias. As a result of a great honesty in West Nias, many married couples live in a cycle of debt hereditary. The phenomenon of a note were married in a civil or marriage ran also be a result of very high jujuran marriage. Therefore, it needs to be socialized cultural values that are actually good from religious leaders, government and traditional leaders. Researchers also suggested that indigenous culture marriage is not eliminated, but rather simplified value of the materials needed daily. | en_US |
dc.description.abstract | Penelitian pergeseran penetapan Bowo Perkawinan atas Status Sosial di Kabupaten Nias Barat merupakan suatu kajian perubahan sosial. Pemilihan judul penelitian ini lahir dari keprihatinan masalah bowo perkawinan yang berdampak pada posisi perempuan dan kemiskinan di Kabupaten Nias Barat. Apalagi penentapan bowodalam masyarakat Nias tidak lagi didasarkan pada status adat, melainkan status pendidikan dan kekayaan perempuan. Oleh sebab itu peneliti merumuskan masalah penelitian ini. Pertama, bagaimana pergeseran penetapan bowoperkawinan dalam amsyarakat Kabupaten Nias Barat dan bagaimana dampak bowoperkawinan terhadap perempuan dan kemiskinan di Kabupaten Nias Barat.
Berdasarkan penelitian di Kabupaten Nias Barat, peneliti merumuskan bahwa penetapan bowo dalam masyarakat Nias Barat sudah mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Pergeseran itu ditandai dengan perkembangan pendidikan dan kekayaan, bahkan status pegawai negeri sangat menentukan tingginya jujuran yang diminta oleh orangtua perempuan. Peneliti menilai bahwa bosi yang dulunya digunakan dalam perkawinan justru bergeser ke arah pendidikan dan kekayaan. Ini disebabkan oleh pemahaman budaya Nias, terutama bowo yang masih simpang siur dilakangan masyarakat Nias itu sendiri. Aspek kedua yang menjadi hasil temuan peneliti ialah bahwa pergeseran dalam penentapan bowopernikahan di Nias membawa dampak negatif terhadap posisi perempuan dalam sistem perkawinan di Nias. Perempuan dalam hal ini kurang dilibatkan dalam ruang publik, terutama memberikan saran dan masukan atas bowo perkawinan di Nias. Akibat jujuran yang besar di Kabupaten Nias Barat, banyak pasangan suami isteri hidup dalam lingkaran utang turun temurun. Fenomena menikah di catatatan sipil atau nikah lari juga menjadi akibat dari jujuran perkawinan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu perlu disosialisasikan nilai-nilai budaya yang sebenarnya baik dari tokoh agama, pemerintahan, dan tokoh adat. Peneliti juga mengusulkan supaya budaya adat perkawinan tidak dihilangkan, melainkan disederhanakan nilai material yang diperlukan sehari-hari. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Pergeseran Status | en_US |
dc.subject | Masyarakat Kabupaten Nias Barat | en_US |
dc.subject | Perkawinan | en_US |
dc.title | Pergeseran Penetapan Bowo Perkawinan Atas Status Sosial di Kabupaten Nias Barat | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM127047006 | en_US |
dc.identifier.submitter | Indra | |
dc.description.type | Tesis Magister | en_US |